Kamis, 26 Desember 2013

Korban Sang Jarak

Ketika biru dan hujan menyatu
Ketika biru dan gelap bersentuhan
Ketika biru dan kota pelajar menjadi netra
Lahirlah aura bersama kekuatan Tuhan

Dua caturwulan..
Terbalas sudah…
Hingga bahagia tak terbendung
Dengan tergambarnya ragaku dalam lingkaran pupilmu

Dalam niat tuk pertemukan dua pasang bola mata
Kau pejuang dengan setumpuk arti
Bahagiaku mengembang dalam gelap
Dukaku lenyap bersama bintang
Kita…
Hanya tersenyum dalam diam

Ketika cemas berhasil kalahkan lelah
Bersama sayup cahaya lampu desa
Serta sunyinya kelokan di ujung jalan
Kau bawa bayang dirimu
Temani diriku

Aku adalah mentari
Yang terjadwal  harus terbenam ketika petang
Dan kembali nampak ketika fajar
Aku bukan langit
Yang miliki tempat kekal dan takkan berpindah
Sampai tangan Tuhan yang bekerja

Aku hanya pendatang
Cepat atau lambat kan enyah dari pantauanmu
Peduliku akan sulit sampai padamu
Sayangku takkan utuh merangkulmu
Ketika aku tak berada di Kotamu

Walaupun…
Mimpiku adalah kamu
Bahagiaku adalah kamu
Tujuh belas tahunku bersamamu
Jarak tlah menjelma menjadi masalah
Ia hilangkanmu
Akulah..
Korban sang jarak
 
Salah..
Ketika kau minta aku pada yang hidup bersamaku
Mintalah,
Pada yang memilikiku
Pada yang izinkan darah berkeliaran dalam tubuhku
Pada yang simpan oksigen dalam paru-paruku
Tuhan sang pencipta

Rindu..
Pasti kan ikuti jalanku
Bodoh..
Jika ku biarkan kau sendiri dalam remangnya lampu desa
Pantai..
Tetap tertahan sembari takdir menghampiri
Kau..
Kan terganti oleh yg selalu disampingku
Aku..
Kan terganti oleh yg selalu disampingmu

Pada akhirnya,
Nek cen jodoh, ora nandi
Kalimatmu…


Terimakasih,
karena esok kita takkan bertemu
Sugeng dalu

Yogyakarta, 26 Desember 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar